Rabu, 16 Februari 2022

LAST SPARKLE




Assalamualaikum. Apa kabar? Ketemu lagi kita di cerita berikutnya.

Kebetulan kita sekeluarga baru kembali dari liburan di tepi danau. Akhir tahun kemarin KM Aksara mengadakan event menulis tentang "Keindahan Indonesia". Antalogi ini pun kuisi dengan tulisan seputar keindahan danau. Meski menceritakan keindahan alam Indonesia, tapi ceritaku kagak ada indah-indahnya. Entah bijimana juri menilai tulisanku hingga masuk sebagai tulisan terpilih untuk dibukukan. 🤭

Yaah, meski begitu, aku senang. Ternyata tulisanku masih bisa diterima dan dicerna.

Jadi, penulis diminta bercerita apa pun tentang kenangan liburan, atau mengingat kembali sebuah kisah yang terselip dibalik makanan saat pulang kampung, atau cinta yang belum tamat sejak pertemuan di pesta rakyat, atau sekedar khayalan yang ingin disampaikan tentang indahnya Indonesia. Intinya menulis cerita pendek berlatar belakang keindahan budaya dan panorama Indonesia. Terserah wilayah mana saja, asal jangan berupa jurnal.

Begitulah. Aku pun iseng-iseng mengikuti event ini. Event terakhir di tahun kemarin sebelum aku hibernasi. 

Baeklah kalau begitu, cukuplah cuap-cuapku ya. Langsung aja kita intip sepenggal kisahku yang berjudul LAST SPARKLE dari antalogi yang dikasih judul ROMANSA NAGARI ini. Cekidot beh ....





21.25 WIB

 

“Lihat, tuh! Cantik banget, Cal. Kerlap-kerlip.”

“Bener, kan, cantik.”

“Makasih ya, udah bawa aku ke mari.” Gadis itu memeluk pinggang kekasihnya dari belakang.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 .... Akhirnya ....

Lengan si gadis terlepas begitu saja. Sementara itu, dengan cekatan si pemuda mengambil sarung mukena dari dalam tas, membungkus tubuh tidak berdaya itu dan mulai mengikatnya.

Pintu terbuka tiba-tiba. Pemuda itu terperanjat.

“Apa yang kau lakukan pada Dini?!” Mata gadis itu terbelalak dan mencoba membuka bungkusan di depannya.

“Sstt!”

“Kau gila!”

“Sssttt!! Diamlah!” Pemuda itu berbisik lirih sambil sesekali melihat pintu yang masih terbuka.

“Dini! Dini! Sadarlah!” Gadis itu menampar pipi dan mengguncang-guncangkan tubuh Dini. “Ada ap ....”

BUGH!

Gadis itu belum sempat menoleh ketika sebatang benda tumpul mendarat di tengkuknya. Seketika tubuhnya terkulai di atas tubuh Dini.

Pemuda itu melempar tongkat kayu tersebut ke atas ranjang. Raut wajahnya datar. Bukan salahku. Siapa yang suruh kau ikut campur urusanku.

 

TIGA BELAS JAM SEBELUMNYA

 

7.45 WIB

 

“Ya, ampuuun! Danaunya berkilau, kayak ada emas naik ke permukaan.” Dini berlari menuju tepi danau.

“Kamu belum pernah ke mari, Din?”

Dini menoleh dan mengangguk dengan senyum sumringah. “Kamu?”

“Baru dua kali sama ini.” Rida duduk di pinggir pagar pembatas sisi danau. “Beruntung kita dapat penginapan di tepi danau. Apalagi Uki booking-nya sudah jauh-jauh hari.”

Guys! Kita nggak banyak waktu. Beres-beres, makan, mandi, terus ke tempat acara. Buruan!” Uki berteriak dari depan pintu cotage.

Kedua gadis itu menoleh. “Iya, bentar lagi.” Mereka menjawab bersamaan, kemudian saling pandang dan tertawa.

 

9.55 WIB

 

Hembusan angin dingin tidak mampu menahan teriknya matahari di lapangan H. M. Hasan Gayo. Uki dan Zainal berdiri dengan kamera terus diarahkan ke para joki cilik.

Kegiatan pacuan kuda tradisional Gayo ini diadakan dalam rangka HUT kota Takengon. Tradisi ini merupakan salah satu rutinitas dan budaya masyarakat Gayo yang sudah ada sejak dahulu kala, yang menunjukkan atraksi unik serta joki cilik dengan menunggang kuda tanpa pelana. Selain itu, pacuan kuda Gayo ini pun merupakan salah satu event yang sifatnya mempererat silaturahmi masyarakat.

Sorak-sorai penonton semakin menambah panas suasana lapangan. Rida berbisik kepada Uki. Meminta izin undur diri dan menunggu di cafe tempat Dini dan Faisal yang telah lebih dulu duduk di sana. Namun, Rida tidak melihat Dini di samping Faisal. Gadis itu pun melangkah menuju kamar kecil di belakang cafe. Dia tertegun ketika melihat raut wajah Dini yang baru saja ke luar dari sana.

“Aku nggak mau melakukannya.” Dini menghempaskan sesuatu di meja di depan Faisal.

Melakukan apa?

Pemuda itu mendengus kasar. “Ini untuk kebaikan kita. Masa depan kita. Pikirkan itu baik-baik.”

“Waktu kamu melakukannya, kenapa nggak dipikirkan baik-baik?”

Faisal bangkit dari kursinya. Rida mundur selangkah dan lebih merapatkan tubuh ke dinding tempatnya menguping.

“Kita melakukannya atas dasar suka sama suka. Anak ini ....”

“Anak kita!”

Pupil mata Rida membesar seketika. Napasnya tercekat.

Faisal mendengus kesal. “Iya, anak kita. Setahun lagi kita wisuda, Din. Kita harus fokus dulu di situ. Oke?”

“Kandungan ini akan membesar.”

“Iya, aku akan tetap bertanggung jawab. Sudah ya? Jangan ngambek. Ini, kan, liburan kita.” Pemuda itu mencubit pipi kekasihnya dengan gemas.

 

17.12 WIB

 

Mereka berlima duduk di warung mie aceh Mangat That, di dekat penginapan. Menikmati hawa dingin pinggiran danau dengan secangkir kopi gayo serta sepiring mie aceh pedas dan panas. Udara yang semakin dingin bekas hujan siang tadi menambah aroma kopi yang sangat kuat.

Rida duduk di sudut warung menghadap danau. Sesekali matanya melirik aktivitas Dini dan Faisal di seberang meja mereka. Di depannya, Uki dan Zainal lebih asyik meng-eksplor kembali isi kamera yang siang tadi belum sempat mereka benahi.

Dari pantauan Rida, tampak jelas sikap Faisal yang berlebihan terhadap Dini. Seperti ada sesuatu yang ditutupi pemuda berjambang itu. Kilauan mata Dini lebih aneh lagi, seakan-akan ada pancaran cahaya yang mulai redup. Rida membuang muka, berharap instingnya salah.

Jenuh dan jemu, Rida pergi menuju balkon di lantai dua. Matahari mengintip dari balik awan yang mulai tampak jingga.

“Lagi ngapain?”

Rida menoleh. “Biasa. Menikmati senja.”

“Cantik ya. Rasanya tidak ingin pulang.”

Rida mengangguk. “He-eh.”

“Ini obat apa, Da?”

Rida menerima diam-diam uluran tangan Dini dari balik jaketnya. Pupil matanya membesar dan dia menatap Dini tidak percaya. “Dari mana kamu dapatkan ini?”

“Dari dompet Faisal.”

Deg! Dugaan Rida tidak pernah salah. Faisal pasti merencanakan sesuatu.

“Obat apa itu, Da?” Sekali lagi Dini bertanya dan ingin memastikannya lewat Farida yang sudah di semester lima jurusan farmasi. “Apa obat penggugur kandungan?” Menurut Dini, obat itu berbeda dengan obat yang diberikan Faisal pagi tadi.

Rida memutuskan untuk tidak mengatakan tentang obat itu. Itu bukan obat pengggugur kandungan, akan tetapi itu obat untuk membunuh. Reaksinya timbul secara perlahan lewat minuman ataupun makanan. Kemudian, gadis itu menatap lekat tepat di manik mata Dini. “Apa kamu benar-benar ingin menggugurkannya?”

Dini tidak terkejut dengan pertanyaan Rida. Saat insiden pagi tadi, dia sempat melihat kepala gadis itu yang mengintip mereka. “Simpan! Dia menuju ke mari!”

Rida menyelipkan benda itu di saku jaketnya dan mereka berbicara sembarang sambil tertawa-tawa.

 

21.58 WIB

 

Suara riak air dan cipratan yang mengenai wajah membuat Rida tersadar. Tengkuknya terasa nyeri. Pandangannya kabur dan berwarna hitam. Hitamnya langit yang dihiasi banyak bintang.

Bintang? Rida langsung terduduk di atas perahu yang bergoyang. Seseorang sedang membawanya menuju tengah danau. Seseorang? Rida menoleh ke belakang. Faisal sedang mengayuh dayung dengan posisi membelakangi Rida dan tubuh Dini yang masih terbalut mukena.

Seingat Rida, selesai isya, karena udara yang semakin dingin, Dini pamit pergi ke kamar mengambil jaket, akan tetapi gadis itu tidak muncul. Meskipun obat mengerikan itu sudah aman di saku jaketnya, batin Rida masih tetap tidak enak.

Ada yang tidak beres. Ada potongan yang terlewatkan, teringat pembicaraannya dan Faisal sore tadi sebelum kedatangan rombongan lain dari Medan.

“Kau selalu memperhatikan kami? Apa kau tertarik padaku?”

Rida sengaja tidak menjawab. Dia bersandar di sisi balkon dan membalas senyum Dini sebelum gadis itu turun menuju lantai bawah cafe.

“Sepertinya Uki masih berharap cinta Dini. Aku ikhlas menyerahkannya untuk Uki jika memang kau tertarik padaku.”

Cih! Mati saja kau di dalam danau itu!

Instingnya benar. Dia memutuskan menuju ke kamar, lalu semua terjadi begitu saja.

Rida berjongkok dan berjalan mengendap untuk mencoba mendekati Faisal. Tangannya menggeser tubuh Dini sedikit ke kiri. Maaf, Din!

Sialnya, Faisal menoleh, lalu berdiri dan berbalik. Namun, keseimbangannya oleng. Pemuda itu tercebur ke dalam danau. Jemarinya langsung sigap dan meraih pinggiran perahu, sementara tangan yang lain meraih lengan jaket Rida dan menariknya hingga tubuh gadis itu ikut tercebur ke dalam danau.

“Aaargh!” Rida langsung memekik setelah menyentuh dinginnya air danau. Tangannya mencoba meraih pinggiran perahu.

Faisal langsung menepisnya. Mereka pun mulai bergelut untuk saling menenggelamkan dan terus mencoba meraih pinggiran perahu.

Air mulai terasa masuk ke paru-paru. Rida terus berusaha berenang meraih perahu yang semakin menjauh karena riak air yang mereka timbulkan. Ya, Tuhan! Tolong! Gadis itu menggapai-gapai udara dingin di atas danau.

Sementara itu, dari belakang, Faisal menarik topi jaket Rida dan memasuki kepala gadis itu lagi ke dalam air. Tangan Rida menahan genggaman tangan Faisal, tetapi tenaga gadis itu tidak sekuat Faisal. Untuk terakhir kalinya Rida pun mencoba menendang bagian vital pemuda itu.

Berhasil! Tangan pemuda itu merenggang. Rida langsung meluncur menuju perahu yang tidak jauh dari sisi kirinya. Pupil mata gadis itu membesar. Begitu juga dengan Faisal yang saat itu sudah berhasil meraih kembali kepala Rida, raut wajahnya terkejut luar biasa melihat sesuatu di atas perahu.

“Dini?”

Gadis itu berdiri dengan wajah tanpa ekspresi. Tangannya langsung menghentakkan dayung yang dipegang ke arah kepala Faisal. Bunyi ngilu yang terdengar cukup membuat telinga Rida berdenging. Tangan Faisal terlepas dari kepala Rida dan tubuh pemuda itu langsung menukik ke dasar danau.

Rida langsung menoleh ke arah perahu. Hah?! Tidak ada siapa pun di sana! Gadis itu pun segera meraih pinggiran perahu dan melihat tubuh Dini yang masih terbalut mukena.

 

====Tamat===


Bagaimana? Benar, kan, kagak ada indah-indahnya ceritaku? Setidaknya, masih bisa menghibur bagi yang galau ya.

Semoga kisah ini pun dapat dinikmati dan membuat kita semua selalu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang.

Wassalamualaikum!

15 komentar:

  1. Danaunya jadi berhantukah? Dibalik keindahan danau ada cerita kelam di dalamnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanya cerita fiktif, kak, berhantu atau gak, saya kurang tau 😅

      Hapus
  2. Ngeri bayanginnya... Emang bukan indah sih wkwkkw

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Alhamdulillah, udah, mbaa, judul buku antaloginya ROMANSA NAGARI

      Hapus
  4. Wah, selamat untuk antologinya ya, Kak. Terus semangat menulis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, mbaa, udah mampir 🤗

      Hapus
    2. Masya Allah isinya real banget

      Hapus
    3. Ceritanya wow.. endingnya bikin ngilu.. btw Selamat ya mbak untuk antologinya, semoga sukses.

      Hapus
  5. dini jadi hantu kah?? 😮😮 serem tapi bikin penasaran 🙈

    BalasHapus
  6. Bertemu dengan wajah tanpa ekspresi itu rasanya menegangkan...
    Jujur saja, saya g berani baca novel misteri kalo sendirian Mb.. karena dulu sering lihat penampakan di rumah.

    BalasHapus
  7. Ini buku antalogi kah? Misteri? Wah wahhh sebagai pecinta misteri aku jadi penasarannn

    BalasHapus

(FLASHBACK) DARI TANAH TANDUS

  Blurb: “Kak Ineee. Kepala Rubi pusing, Kak.” “Bertahanlah, Rubi! Bukan sekarang saatnya!” Ine dan Rubi, dua gadis kecil yang ter...