Ini lanjutan dari
menulis dengan pikiran malas. Setidaknya begitulah yang terjadi. Selain mepet
waktu dan lagi banyak-banyaknya kerjaan, aku ikut event ini karena satu alasan
ajah, terus mengasah kemampuan menulisku!
Kadang-kadang banyak
waktu senggang malah membuat pikiran mandek dan kosong ide. Tetiba mepet waktu,
banyak ide seliwiran di kepala bahkan di depan mata.
Kenapa begitu?
Meneketehek!
Baiklah! Mengurangi
bacot, bagusnya kita lanjut saja. Apa-apa saja, nih, tulisan di hari
selanjutnya yaa? Yuk ah, melipir ....
Hari
Ke-6
PELIHARAAN
"Huii! Lagi ngapain,
Buk?"
"Biasalah, Buk."
"Waah, panen piaraan ya."
Si ibu tetangga tersenyum.
"Piaraan pula!" Si anak
tersinggung.
"Makanya, sering kau keramas.
Jadi nggak banyak kali piaraan
kau." Si Emak malah makin menyinggung.
Hari
Ke-7
KOPER
MISTERIUS
"Apa itu?"
"Sudah lama di situ, tapi kok
nggak ada yang tahu."
"Langsung dibuka saja, Pak.
Tidak usah menunggu kepolisian."
"Tolong semua mundur. Kalian
menghalangi pemeriksaan."
"Minggir semua!"
Pak Supri, menyipitkan matanya di
depan layar monitor. Kasak-kusuk di ruang kedatangan pagi ini membuat seluruh
pegawai kantor bandara riuh, sejak
mulai ada laporan tentang koper coklat di bawah kursi tunggu. Semakin riuh dengan
datangnya beberapa personil kepolisian dan tim gegana.Ruangan telah ditutup
sejak subuh tadi. Kru televisi dilarang masuk dan hanya menunggu.
Sudah tiga hari Pak Supri mengamati
koper itu dari ruang monitor. Tidak ada yang mengambil. Pertama terlihat olehnya,
ada seorang gadis kecil yang menunduk dan meletakkan benda itu di sana. Dua
hari tidak ada perubahan dan pria paruh baya itu mulai menceritakan
kecurigaannya kepada Feri, rekan sejawat.
Dari ruangan monitor, Pak Supri
jelas melihat Feri yang memberi penjelasan kepada tim kepolisian. Sedangkan tim
gegana mulai berusaha membuka koper coklat itu.
Jantung Pak Supri semakin berdebar
dengan usaha tim gegana yang kesulitan. Bukan mereka yang di sana saja yang
penasaran akan isinya, justru dialah yang dari awal terusik rasa ingin tahunya.
Namun, hatinya tidak bernyali seperti Feri.
Kehebohan terjadi di dalam layar
monitor. Mulut Pak Supri pun jadi melongo. Koper coklat itu kosong. Tidak ada
apapun di sana.
"Kok bisa nggak ada ya? Kemana
isinya?" Pak Supri berbisik sendiri.
"Di sini."
Suara lirih itu memaksa Pak Supri
menoleh ke kiri dan pupil matanya seketika membesar.
Di sampingnya berdiri sosok anak
kecil yang berbau anyir dan hitam legam.
Hari
Ke-8
KARAMNYA
KAPAL DEDEMIT
Maaf ya, 🙏
ini bukan plesetan kapal van der wijck, cuma kebetulan saja sama-sama kapal.
Suatu malam yang cerah, langit
penuh bintang kejora. Kapal berlayar di tengah lautan. Makin lama makin jelas
bentuk rupanya. Itulah kapal api yang sedang berlayar. Asapnya yang putih
membumbung di udara.
Pasti ada yang baca sambil nyanyi
nih. 😂
Okeh! Lanjuuut!
Kapal itu mengalami kebocoran. Air
mulai masuk ke dek 1. Para ABK, anak buah kapal pun telah siap sedia dengan
situasi berbahaya.
"Segera tutup pintunya!
Beralih ke dek 2!"
"Siap, Kapten!"
Namun, siapa sangka, ternyata ada
ledakan di lambung kiri kapal.
"Kapal mulai oleng,
Kapten!" Suara ABK lain yang bertugas di dek 8 menginformasikan keadaan di
atas sana melalui walkie talkie.
"Turunkan jangkar! Bawa
penumpang ke haluan! Segerakan tim sekoci!"
"Siap, Kapten!
Laksanakan!"
Suasana riuh teramat riskan yang
terjadi di dek 8. Satu persatu sekoci diturunkan. Wajah-wajah penuh ketakutan
dan kecemasan. Tidak ada lagi canda, tawa dan ceria.
Lalu....
"Cepat dibenahi! Sudah mulai
pagi!"
"Sebentar lagi dong,
Buu."
Tiba-tiba pintu terbuka dan lampu
menyala.
"Ya ampuuun! Berantakan
amat." Wanita itu memungut benang-benang yang berhamburan, kain perca yang
awut-awutan. Cuma sekoci yang tersusun rapi, berbaris lima dan bertingkat pula.
Hari
Ke-9
IRAMA
MALAM
Hujan baru saja reda. Rasanya
nelangsa meringkuk di sisi gudang di samping pohon kelapa. Beginilah jadinya
kalau terlambat pulang.
Aku kedinginan dan ingin tidur, tetapi, suara jangkrik dan
kodok itu sangat mengganggu.
Eh, tunggu dulu! Lalu, kenapa
tiba-tiba ada suara 'ciap-ciap' seperti suaraku?
Hari
Ke-10
PAYAH
BILANGLAH POKOKNYA!!
Alkisah ini cerita tentang seorang
wanita, sebut saja Melati, yang ingin putus dari pacarnya, sebut saja Kumbang.
Namun, Melati tidak menemukan cara jitu sebagai alasan.
"Dek. Kiriman Abang sudah
datang. Sekali-sekali Abang yang traktir makan, masak kamu saja yang traktir
Abang. Besok kita ke Genit Plaza ya. Kamu tunggu di depan gedung kampusmu
saja."
Itu percakapan mereka kemarin dan
paling absurd yang Melati dengar selama delapan bulan mereka pacaran atau
selama wanita muda itu hidup di dunia ini.
Begitulah.
Ingin tertawa, tetapi takut muntah.
Ingin memaki, nanti disumpahi cepat mati. Mungkin
karena itu, dia memilih diam dan menggerutu.
Hari H pun tiba. Mereka duduk
sebentar di meja paling pojok sebelum memesan menu, lalu, Kumbang bertanya
tentang pesanan kekasih tercintanya yang begitu manis meski tersenyum sinis.
Setengah jam berlalu. Entah salah
di mana, saat itu tempat makan yang mereka kunjungi sangat ramai setelah mereka
duduk di sana. Melati melihat pacar salah kaprahnya sedikit berlari menuju meja
mereka.
Di mana pesanannya? Mengapa Si
Tolol ini nggak membawa baki berisi pesanan mereka? Melati tampak bingung.
"Dek, uang Abang kurang. Bisa
tolong ditambahi?"
Sehari kemudian,
mereka pun putus.
======
Itu tadi tulisanku
di suatu event menulis di Instagram. Sederhana, bukan? Bahkan bermalas-malasan
saja sudah bisa mendatangkan ide, apa lagi tidak malas. Jadi, kalau bisa jangan
malas-malas ya.
Masih ada
event-event lain, sih. Hanya saja, karena aku sedang mempersiapkan naskah
novel, jadi blog agak terlupakan sejenak.
Baiklah, manteman.
Terima kasih banyak bagi yang mampir juga memberi kritik saran untuk semua
tulisanku. 🙏🏻
Ditunggu
komentarnya eaaaa!! 🤗