Ada
berbagai macam bunga di seluruh dunia. Tiap tempat ada ciri khasnya
masing-masing. Dan tidak semua bunga memiliki keharuman. Kebanyakan bunga punya
arti tertentu. Tergantung siapa dan apa tujuannya. Hmm? Apa kita sedang dalam
pelajaran Biologi? Mempelajari tentang bunga? Atau ini tentang Si Bunga? Itu
lho, tetangga belakang rumah yang kabur karena nyolong uang belanja emaknya
buat beli bedak keli. ^, ^
Oooww, kagak ya.
Langsung aja la kita cekidot, yuuuk...
***
Suara
burung pagi bersahut-sahutan. Ada seekor pipit yang bertengger di batang pohon belimbing.
Kepalanya meliuk ke kiri dan ke kanan. Memanggil beberapa ekor kawannya. Di atas
dahan-dahan pohon jambu air sudah ada beberapa ekor burung gereja, bergantian terbang
ke sarangnya. Seekor ular keket jatuh ke rumput dari dahan pohon belimbing.
Warna hijau terang dengan totol-totol hitamnya begitu mempesona. Mungkin memang
sedang tebar pesona. Entah dengan siapa. Eh? Entah dengan apa, dan yang mana.
Makin bingung ya. Ah, sudahlah. Lupakan ular keket itu.
Sisi
kiri dan kanan sedang bermekaran melati dan diselingi dengan mekarnya mawar berwarna
merah, kuning, hijau. Hijau? Tidak ada mawar berwarna hijau, mungkin daunnya yang
hijau. Oke, skip. Mungkin mawar berwarna putih. Beberapa ada yang masih berupa kuncup.
Di dinding sisi kiri dan kanan pun terlihat kaktus dengan bunga yang mekar tak beraturan
di batangnya. Beberapa kumbang dan kupu-kupu terbang tak tentu arah di sekitarnya.
Mereka
semua terlihat cantik dan mempesona. Kulihat semua dari tiap sudut. Tidak ada yang
kurang. Sempurna. Lalu kulongokkan kepalaku melihat ke atas. Matahari pun
bersinar sempurna. Indah cahayanya. Walaupun indah tapi cahayanya tidak dapat
kurasakan. Tertutup dedaunan pohon jambu biji yang sangat rimbun. Seekor kupu-kupu
datang menghampiriku. Aku berusaha tersenyum semanis mungkin. Dia hanya
melihatku sebentar kemudian terbang ke arah lain. Wajahku langsung sendu.
***
Siang
ini begitu terik. Sudah seminggu matahari menyengat seperti ini. Hujan pun
belum ada singgah ke bumi. Aku haus. Sedikit saja agar hilang dahagaku. Sedikit
saja. Malam menjelang pagi pun berharap akan embun sangat susah kudapat. Aku
menangis. Namun setetes pun tidak ada air mataku.
"Hei,
jangan menangis."
Ada
yang menegurku. Yang kulihat hanya tiga ekor kupu-kupu sedang mengitari bunga matahari.
Lalu aku melamun lagi. Meratapi untuk apa aku di sini dan hidup dalam keadaan seperti
ini. Hidup memang untuk kemudian mati. Akan tetapi bukan hidup seperti ini juga
yang kuinginkan. Tolong. Lihatlah aku. Aku masih ingin hidup. Aku menangis
lagi.
"Hei,
jangan menangis."
Lagi-lagi
suara itu. Tapi aku sudah tidak sanggup lagi untuk melihat apapun. Aku lelah.
***
Sudah
lebih dari dua minggu matahari memberikan sinarnya yang terik. Aku sudah sangat
lelah. Tubuh dan tanganku terkulai lemah. Dahagaku tak berujung. Bahkan hujan
pun berkhianat padaku.
Suara
ngengat terbang di sekitarku. Apakah dia datang lagi mengunjungiku? Aku tidak sanggup
membuka kelopak mataku. Seluruh tubuhku lemas. Ngengat itu masih terus terbang
di sekitarku. Tiba-tiba kurasakan tubuhku disentuh sesuatu. Ya, ampun. Ngengat
itu bertengger di tubuhku. Apa yang sedang dia lakukan? Seandainya saja aku
tidak selemah ini, tentu aku akan banyak bertanya lagi seperti dulu dan kami
pun bercerita panjang lebar tentang bagaimana keadaan di luar sana. Tentang bagaimana
impianku. Kukatakan dulu padanya, bahwa jika aku mekar nanti, sosokku lebih
indah dari pada mereka yang di sana. Tapi aku sekarang sangat lemah. Jangankan
bercerita, melihatnya saja aku tidak kuat lagi.
Entah
kusadari atau tidak. Aku tidak lagi merasakan kaki ngengat itu bertengger di
tubuhku. Tidak kurasakan teriknya matahari. Tidak juga kurasakan dahaga yang
tak berkesudahan ini. Aku terlepas begitu saja. Dan aku menangis untuk waktu
yang sangat panjang.
***
Halaman
itu terlihat berantakan setelah hujan badai tadi malam. Di sudut halaman ada beberapa
dahan pohon jambu biji yang patah. Begitu juga dengan pohon belimbing yang rebah
karena tertimpa dahan jambu air.
Dua
orang keluar dari dalam rumah. Membenahi beberapa yang rusak serta menarik
dahan pohon yang patah.
"Ya,
ampuun. Sayang banget nih. Lihat nih, anggrek bulanmu, mati kekeringan. Sampai akarnya
pun kering. Ditimpa pula sama batang pohon potnya. Hancur."
"Mana?
Yaah, sayang banget. Padahal aku udah mahal-mahal belinya."
"Makanya
disiram. Kalau aku sempat kemarin, semua bungamu kusiram."
"Itu
laa. Sibuk kemarin. Sampai lihat tanamanku pun gak sempat. Coba lihat, mungkin
masih bisa tumbuh lagi kalau akarnya masih..."
"Mana
bisa lagi. Lihat nih, akarnya saja bisa dipatahi."
Seekor
ngengat terbang di antara mereka. Ingin bercerita panjang lebar tentang sebuah keluh
kesah dan impian yang sedikit terdengar olehnya.