Sabtu, 29 Mei 2021

Bisikan Angin

 

"Nggak usah ditunggu."

"Nggak apa-apa, nih?"

"Nggak apa, lagian cuacanya juga bagus."

"Ya udah, aku tinggal ya?"

"Iya."

 

Tidak sampai tiga menit percakapannya dengan pria yang mengantar Nuri, seorang custumer service menghampiri wanita itu. Meminta dicek en ricek dulu surat yang sedang diurus dari dua hari yang lalu. Sedikit manggut-manggut dan pura-pura bertanya hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipertanyakan, akhirnya Nuri berdiri dan mengucapkan terima kasih. Bukan sekedar basa-basi, namun, lebih pada sikap kesopanan diri.

 

Setelah melewati pintu berlapis dua dan tersenyum tipis kepada satpam yang berjaga, wanita itu menghirup udara yang bercampur aroma akasia. Langkahnya santai menapaki trotoar sepanjang jalan di pintu satu. Langit yang mendung, tidak hujan dan sedikit berangin menemani perjalanan Nuri.

 

Suara v*sp* dengan asap yang khas dari knalpotnya, tersendat-sendat, lewat dari samping kiri langkah Nuri. Mungkin sebentar lagi mogok. Wanita itu tersenyum dengan segala bayangan-bayangan yang akan terjadi di pikirannya. Cuaca mendung, angin semilir dan v*sp* yang tidak sengaja lewat tadi membawa ingatan ke masa silam.

 

***

 

"Aku suka cuaca seperti ini." Eh? Ngapain juga aku cerita tentang cuaca. Terkutuk amat muncung ini!

Lalu, spontan pemuda yang dari tadi berdiri di belakang mengecup ubun-ubun Nuri. Beberapa menit kemudian mereka berdua telah berkendara menuruni bukit melewati jalanan lengang di seputar perumahan. Istilah keren saat itu, mengukur jalan.

Saat itu, cuacanya sama seperti ini. Kembali Nuri teringat sesuatu. Masih dengan cuaca yang seperti ini, demi ingin menikmati suasana itu, dia berusaha menghindari seseorang dan berjalan sendiri ketika pulang sekolah. Lucu sekali. Ternyata pemuda itu berkeliling mencarinya. Esoknya, entah bagaimana, cuacanya juga masih sama, mereka jalan berdua pulang sekolah. Duduk sebentar di tangga seribu dan banyak bercerita.

Kembali Nuri tersenyum. Kini masa itu sudah jauh berjalan ke belakang. Hatinya sudah sedikit lega karena telah bersenda gurau dengan pemilik hati yang dulu sempat terluka olehnya. Maaf yang teramat ingin dia katakan kini telah terucap.

Angin semilir dan suara v*sp* tadi membisikkan sesuatu padanya tentang persahabatan yang terjalin setelah luka. Terima kasih, sudah mau memberiku waktu untuk mengatakan alasan dan ucapan maaf.

 

====

2 komentar:

(FLASHBACK) DARI TANAH TANDUS

  Blurb: “Kak Ineee. Kepala Rubi pusing, Kak.” “Bertahanlah, Rubi! Bukan sekarang saatnya!” Ine dan Rubi, dua gadis kecil yang ter...