"Nggak usah ditunggu."
"Nggak apa-apa, nih?"
"Nggak apa, lagian cuacanya juga
bagus."
"Ya
udah, aku tinggal ya?"
"Iya."
Tidak
sampai tiga menit percakapannya dengan pria yang mengantar Nuri, seorang custumer service
menghampiri wanita itu. Meminta dicek en ricek dulu surat yang sedang diurus dari dua
hari yang lalu. Sedikit manggut-manggut dan pura-pura bertanya hal-hal yang
sebenarnya tidak perlu dipertanyakan, akhirnya Nuri berdiri dan mengucapkan
terima kasih. Bukan sekedar basa-basi, namun, lebih pada sikap kesopanan diri.
Setelah
melewati pintu berlapis dua dan tersenyum tipis kepada satpam yang berjaga,
wanita itu menghirup udara yang bercampur aroma akasia. Langkahnya santai
menapaki trotoar sepanjang jalan di pintu satu. Langit yang mendung, tidak
hujan dan sedikit berangin menemani perjalanan Nuri.
Suara
v*sp* dengan asap yang khas dari knalpotnya, tersendat-sendat, lewat dari
samping kiri langkah Nuri. Mungkin sebentar lagi mogok. Wanita itu
tersenyum dengan segala bayangan-bayangan yang akan terjadi di pikirannya.
Cuaca mendung, angin semilir dan v*sp* yang tidak sengaja lewat tadi membawa
ingatan ke masa silam.
***
"Aku
suka cuaca seperti ini." Eh? Ngapain juga aku cerita tentang cuaca.
Terkutuk amat muncung ini!
Lalu,
spontan pemuda yang dari tadi berdiri di belakang mengecup ubun-ubun Nuri.
Beberapa menit kemudian mereka berdua telah berkendara menuruni bukit melewati jalanan
lengang di seputar perumahan. Istilah keren saat itu, mengukur jalan.
Saat
itu, cuacanya sama seperti ini. Kembali Nuri teringat sesuatu. Masih dengan
cuaca yang seperti ini, demi ingin menikmati suasana itu, dia berusaha
menghindari seseorang dan berjalan sendiri ketika pulang sekolah. Lucu sekali.
Ternyata pemuda itu berkeliling mencarinya. Esoknya, entah bagaimana, cuacanya juga
masih sama, mereka jalan berdua pulang sekolah. Duduk sebentar di tangga seribu
dan banyak bercerita.
Kembali
Nuri tersenyum. Kini masa itu sudah jauh berjalan ke belakang. Hatinya sudah
sedikit lega karena telah bersenda gurau dengan pemilik hati yang dulu sempat
terluka olehnya. Maaf yang teramat ingin dia katakan kini telah terucap.
Angin
semilir dan suara v*sp* tadi membisikkan sesuatu padanya tentang persahabatan
yang terjalin setelah luka. Terima kasih, sudah mau memberiku waktu untuk
mengatakan alasan dan ucapan maaf.
====
mantap.. :)
BalasHapusTengkayu, mbaa, udh mampiir 🙏
Hapus