Cerita Sembarangan
Dulu, Dulu Sembarangan Cerita
#sepatahkataku
Kata
orang, mulutmu harimaumu. Kata orang, jaga omonganmu. Kata orang, sedikit
bicara lebih banyak diam. Kata orang, jangan besar pasak dari pada tiang. Kata
orang, diam itu emas. Kata orang... Kata orang... Katamu bagaimana? Lalu
kataku? Hmmm? Jangan lihat siapa bicara, tapi dengar apa katanya...
Setiap
orang punya keahliannya masing-masing. Kemampuannya masing-masing. Ada
karakteristik tersendiri yang selalu dan sangat unik dari tiap individu. Dan
itu berbeda-beda, tidak pernah sama. Bahkan bagi anak kembar indentik sekali
pun. Jika dikatakan dan dilihat orang sama, itu hanya kemiripan semata. Tuhan
menciptakan setiap makhluknya tidak pernah sama. Contoh yang paling dasar itu,
sidik jari.
Yaak!
Kita tidak membahas itu sekarang, lain kali saja.
Membicarakan
tentang keahlian, kemampuan, mungkin sudah dari dulu aku lakukan, BERCERITA,
tentang apa saja. Bahkan yang mendengar pun kadang terbodoh dengan ceritaku. 😂 Maaf ya bagi yang merasa sudah terbodohi
dengan cerita-ceritaku. Tidak disengaja dan tidak ada unsur kesengajaan. Hmmm?
Sepertinya sama saja ya kata-katanya.
Jadi
sangking sukanya bercerita, sempat terpikir untuk sesuatu yang lebih, sesuatu
yang bisa dilakukan untuk menuangkan isi pikiran, isi hati, mungkin isi dunia
(yang ini gak kali yee), sesuatu paling purba, MENULIS.
Sebenarnya
niat menulis sudah cukup lama terpendam. Terpendam. Dari katanya saja sudah
tahu, TERPENDAM. Otomatis masih di dasar, butuh waktu yang sangat lama untuk
bisa muncul ke permukaan.
Ada
sih pernah muncul sebentar, sebentar ya, mungkin dikarenakan ketiadaan waktu
dan ada hal-hal tertentu yang membuat niat itu kembali ke dasar. Mati suri.
Gitu la kata orang. Masih tetap kata orang.
Kira-kira
terpikir buat blog, kapan? Hmmm?
Tidak
pernah terpikir sekalipun. 😂
Hanya
atas saran seorang teman yang baik hati, tidak sombong serta rajin menabung dan
tidak pantang mundur memberi nasehat ini itu. Tidak usah aku sebut ya mereknya.
Semoga beliau tetap dalam keadaan sehat-sehat dan selalu dilindungi Allah SWT.
Aamiin aamiin aamiin ya Rabbal'alamiin. (Kurasa beliau baca ini sambil
senyum-senyum)
Alhamdulillah,
sudah beberapa tulisan yang nongol. Walau kadang judul dan isi tidak semua
sinkron ya. Ditambah juga gaya penulisanku yang berujung ambigu.
Tapi aku senang melakukannya. Seolah-olah separuh beban di pundak lepas sedikit
demi sedikit. Memang belum banyak, karena masih baru, masih bau kencur, masih
belajar, masih minim pengalaman. Jadi mungkin masih banyak kekurangan di sana
sini. Wajar ya.
Jadi
tolong juga buat teman-teman yang mau dan sudi mampir kemari untuk sekiranya
memberikan saran atau masukkan apapun itu buatku agar bisa lebih lagi dalam
berkarya, lebih bagus lagi, lebih banyak lagi menuangkan segala macam bentuk
ide, cerita atau apa pun itu. Tidak untuk apapun, hanya untuk menghilangkan
jenuh, untuk peluh yang belum sepenuhnya luruh.
Ada
kutipan dari Pak Ebiet G. Ade yang paling kusuka,
"...tugas
kita masih sangat banyak,
menyelesaikan
hidup dengan benar..."
(BilaKitaIkhlas)
"...semua
langkah yang kita buat meninggalkan jejak di bumi,
semua
napas yang kita hirup membawa kristal kehidupan..."
(KetegaranHatiSeorangPengemisDanAnaknya)
"...mengakhiri
cerita kusam,
salin
dengan cerita indah..."
"...jangan
lihat siapa bicara,
tapi
dengar apa katanya..."
(CatataanSeorangPenyair)
"...pemahaman
makna yang maha sulit, menerjemahkan khayalan,
melengkapi
semua kenyataan hidup di alam semesta..."
"...perjalanan
yang tak pernah selesai,
kecuali
atas kehendakNya,
memahami
inti kehidupan, keletihan pun tak terasa..."
(KembaraLintasPanjang)
Jadi,
apapun yang kita lakukan, yang kita kerjakan, selesaikanlah dengan benar. Bukan
sekedar karena ada timbal balik jasa di sana, bukan sekedar karena gaji dan
upah di sana, bukan karena ada pamrih yang lain menanti di sana, namun lakukan
dengan sepenuh hati, lakukanlah dengan benar. Apapun itu. Walau begitu banyak
onak dan duri, berbesar hatilah. Bukankah setelah gelap akan timbul terang?
Karena
apa yang akan kita tinggalkan nanti benar-benar akan berjejak di kemudian hari.
Tidak hari ini. Tidak saat ini. Suatu hari nanti langkah dan napasmu pun
bernilai harganya. Setiap langkah banyak makna, setiap tarikan napas banyak
rasa. Tinggal bagaimana engkau memahaminya. Sedikit demi sedikit.
Dan
isilah hidup ini dengan caramu sendiri, warnai dengan caramu sendiri, penuhi
ruangnya dengan caramu sendiri. Namun pada akhirnya engkau pasti ingin akhir
yang happy ending, bukan? Perjalanan hidup kita tidak akan pernah selesai
kecuali atas kehendakNya. Jadi, jangan pernah engkau lupakan Penciptamu.
Hiduplah dengan mengikutsertakanNya. Apapun cara yang engkau pilih, apapun
warna yang engkau pilih, sertakanlah Dia
Yang Maha Segalanya, niscaya engkau dapati akhir yang engkau inginkan.
Dan aku pun masih
belajar.
Belajar pada kehidupan
yang memberiku hidup.
Belajar pada udara yang
kuhirup.
Belajar pada angin yang
membawa rinduku padanya.
Belajar pada awan yang
sering melukis garis-garis tebal dan tipis.
Belajar pada bunga yang
indah dan sering kuajak berbicara.
Belajar pada matahari
yang sinarnya lebih terang dari lampu pijar di langit-langit rumah.
Belajar pada hujan yang
selalu berbisik tentang raut wajah yang suka muncul di kepala.
Belajar pada tanah
tempatku berpijak.
Belajar pada api yang
membawaku pada jamuan-jamuan penggugah selera.
Belajar pada air
tempatku membasuh peluh dan bersuci untuk bertemu denganNYA.
Belajar pada tokek yang
kadang diam-diam mengintipku.
Belajar pada burung
yang selalu menemaniku menyambut pagi.
Belajar pada mereka
yang dulu pernah singgah dan memandangku sebelah mata.
Belajar pada tetangga
yang berkicau tak jemu-jemu.
Belajar pada mereka, teman,
sahabat, kawan beradu argumen yang senantiasa kurindu hadirnya.
Belajar pada keluarga,
saudari-saudariku yang selalu hadir dan mendukungku setiap saat kurapuh.
Belajar pada darah dan
dagingku yang menjelma dalam dua bentuk tubuh tamvan rupawan.
Belajar pada dia yang
telah mengetuk dan membuka pintu rahasiaku, yang semula tertutup amat sangat
rapat. Terima kasih. Terima kasih karena telah membawanya muncul ke permukaan.
Terima kasih karena telah banyak dukungan dan saran. Terutama terima kasih atas
rasa yang sama terbagi, diberi dan memberi. Semoga segalanya menjadi awal
kebaikan untukmu, untukku, bagimu, bagiku, bagi kita yang belum sepenuhnya
menjadi kita.
#formyseLf